Digitalisasi Riset Sosial, Inovasi atau Distorsi?
Pekanbaru, 27 Februari 2025 – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau kembali menggelar Kolokium sebagai wadah akademik untuk memperkaya wacana keilmuan di era digital. Bertempat di Ruang Rapat Lt. II Gedung Dekanat FISIP UNRI, acara ini mengangkat tema (mis)LEADING in DIGITALIZATION: Menakar Ulang Digitalisasi dalam Riset Sosial Humaniora.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UNRI, Dr. Auradian Marta, S.IP. M.A., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya forum akademik seperti ini dalam menghadapi tantangan riset di era digital. "Digitalisasi telah memberikan kemudahan luar biasa dalam penelitian, tetapi juga menimbulkan tantangan baru, seperti kredibilitas data, etika penelitian, dan peran kecerdasan buatan dalam analisis sosial. Oleh karena itu, forum ini menjadi momentum penting bagi kita untuk bersama-sama menakar ulang arah penelitian di bidang sosial humaniora," ujar Dr. Auradian.

Dekan FISIP UNRI Dr. Meyzi Heriyanto, S.Sos., M.Si., yang ditemui pada kesempatan berbeda, menegaskan bahwa digitalisasi telah membawa perubahan besar dalam dunia akademik, namun juga menyisakan berbagai tantangan yang perlu dikaji lebih dalam. "Riset sosial humaniora menghadapi tantangan kompleks dalam era digital. Kita perlu menimbang ulang bagaimana teknologi dapat digunakan secara efektif tanpa kehilangan esensi ilmu sosial yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan," ujar Dr. Meyzi.
Ketua Senat FISIP UNRI Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M.Psi menyampaikan pemikirannya yang menggelitik soal digitalisasi dalam riset sosial. "Digitalisasi data terkadang alpa [absen] menggendong emik, semantika, serta kaidah purba dan mitos. Dalam kajian Mita, dengan menepikan tembok beku digital, ia mampu memikul realitas 'rohani' pekerja panglong arang di gerbang lalu lintas kecamuk trafficking. Offline tak bisa diperhadapkan secara opponen dengan serba online," tutur Prof. Yusmar penuh makna. Digitalisasi ibarat arus sungai yang deras, dapat membawa manfaat bagi yang mampu berenang, tetapi bisa menenggelamkan mereka yang hanya ikut hanyut. "Seperti biduk yang berlayar di samudera, kita harus mampu membaca ombak digitalisasi ini. Jangan hanya terpesona oleh kemilaunya, tetapi pelajari arusnya, agar tidak karam di tengah lautan informasi".
Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Dr. Mayarni, S.Sos., M.Si., menyoroti bahwa digitalisasi di perguruan tinggi harus dikelola dengan baik agar tidak menghilangkan esensi dari penelitian sosial. "Transformasi digital dalam riset sosial perlu didukung dengan infrastruktur yang mumpuni, namun kita juga tidak boleh kehilangan aspek humanis dalam memahami realitas sosial."
Kolokium ini menghadirkan dua narasumber ahli, Dr. Mita Rosaliza, S.Sos., M.Soc.Sc. dan Dr. Nur Laila Meilani, S.Sos., M.Si., mengupas tuntas implikasi digitalisasi dalam riset sosial humaniora. Diskusi dipandu oleh moderator Siti Mawaddah Palamani, S.IP., M.Han., yang menggiring jalannya kolokium dinamis dan interaktif.

Acara ini dihadiri oleh pimpinan fakultas, dosen-dosen muda FISIP, tenaga kependidikan serta perwakilan mahasiswa yang antusias mengikuti diskusi. Dengan adanya kolokium ini, FISIP UNRI terus berkomitmen dalam menciptakan ruang intelektual yang adaptif terhadap perkembangan zaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai keilmuan yang telah menjadi fondasi ilmu sosial dan politik. (RIRY)






